BALI (SinarHarapan.id) – Meski dikenal karena kepiawaiannya di dapur, Chef Gabriel tampil sebagai seniman lewat pameran lukisan unik “Friendship Without Borders” di Gab’s Gastro Bar, Canggu, Kuta, pada 5 November 2024, mulai pukul 17.00 hingga larut malam.
Pameran ini menampilkan 35 lukisan, yang masing-masing dihargai antara Rp35-60 juta. Namun, inti dari pameran ini terletak pada misinya, yaitu menggabungkan seni, amal, dan komunitas. Hasil penjualannya akan digunakan untuk memperbaiki kondisi di desa terpencil Kalawirandalam di Manado, Indonesia.
Saat berkunjung ke desa tersebut, Gabriel sangat tersentuh oleh kebaikan dan keramahtamahan penduduknya, meskipun sumber daya mereka terbatas. Ia melihat bahwa penduduk desa tersebut kekurangan infrastruktur dasar, tidak ada pasar di dekatnya, sehingga mereka harus berjalan kaki selama dua jam ke pasar terdekat.
Pengalaman sederhana Gabriel tersebut berkembang menjadi sebuah usaha ambisius untuk membangun pasar dan taman bermain sebagai ruang bagi anak-anak dan generasi mendatang di desa Kalawirandalam. Seni, menurut Gabriel, melampaui ekspresi kreatif individu untuk menanamkan harapan, menjalin ikatan, dan memikat jiwa manusia. Pameran ini, ia berharap, tidak hanya akan memamerkan bakat seninya tetapi juga menciptakan dampak yang signifikan bagi masyarakat Kalawirandalam.
Sebagai sebuah resto dengan aroma masakan khas Italia di Gab’s Gastro Bar, pengunjung akan menemukan lebih dari sekadar makanan lezat. “Anda juga akan menemukan sebuah perjalanan,” ujar pemilik sekaligus koki Gab’s Gastro Bar Gabriel Fratini.
Chef Gabriel percaya bahwa berbagi makanan seharusnya tentang berbagi momen, jadi ia menciptakan pengalaman kuliner yang disesuaikan seperti “Menu Al Buio” atau Menu in The Dark yang menarik. Kini, surga kuliner yang semarak di jantung Berawa Canggu ini mengundang para tamu untuk menemukan sisi lain dari pemilik sekaligus kokinya, Gabriel Fratini.
The Artistic Chef – Perjalanan dari Dapur ke Kanvas
Lahir pada 1958 di Pianella, Italia, perjalanan seni Gabriel Fratini dimulai sejak usia muda. Meskipun guru seni sekolahnya mendukung bakatnya, keterbatasan finansial keluarganya menghalanginya untuk masuk sekolah seni. Dengan hasrat yang membara untuk memasak, Gabriel menukar kuas dan kanvasnya dengan topi koki, yang memanjakan selera para ikon dunia seperti Michael Jackson dan Roger Federe serta banyak tokoh terkenal dunia lainnya. Meskipun memasak membawanya keliling dunia, Gabriel tidak pernah meninggalkan kecintaannya pada seni.
Di mana pun ia bekerja—baik di Swiss, Hong Kong, atau Singapura—ia selalu membawa kanvas dan papan gambarnya. Berjalan-jalan di antara lukisan-lukisannya akan membawa Anda pada perjalanan visual, dari tekstur lembut pemandangan kanal Venesia, energi meriah pasar-pasar India hingga keanggunan bunga sakura Jepang yang lembut. Gabriel juga telah menjelajahi beragam bahan dan teknik, menjadikan setiap karyanya unik.
Dari Singapura hingga Tokyo, karya seninya telah menghiasi dinding-dinding berbagai institusi papan atas. Khususnya, Sheraton Towers Singapore memilih sendiri karya-karyanya untuk kamar tamu mereka, dan Museum Seni Nasional di Tokyo memamerkan karyanya dalam pameran internasional yang dikurasi. Kliennya meliputi para selebritas, menteri, dokter, dan pemimpin bisnis, yang semuanya tertarik pada keragaman dan keaslian ekspresi artistiknya.
“Koki ini juga pandai melukis,” Gabriel kerap berkomentar sambil tersenyum, mengakui bakat gandanya sebagai koki dan seniman.
Seni, Amal, dan Persahabatan
Kegiatan amal selalu menjadi pusat kehidupan Chef Gabriel. Setelah banyak mengadakan pameran, ia menyumbangkan hasil penjualannya untuk berbagai kegiatan seperti UNICEF, RSPA, dan program perawatan lansia di Singapura. Kini tinggal di Bali, Gabriel berencana untuk melanjutkan tradisi ini, dengan hasil penjualan buku Puisi terbarunya yang akan disumbangkan untuk anak-anak kurang mampu di pulau ini.
Chef Gabriel tidak pernah melupakan awal hidupnya yang sederhana, ia menekankan, “Ketika waktu saya di dunia ini berakhir, uang atau hal-hal materi tidak akan berarti apa-apa. Namun, cinta persahabatan yang saya berikan kepada orang lain akan bersinar dan hidup selamanya.”