BALI (SinarHarapan.id) – Perkembangan harga berbagai komoditas pada November 2024 secara umum menunjukkan kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Tabanan, pada November 2024 terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,20 pada November 2023 menjadi 109,65 pada November 2024. Tingkat inflasi m-to-m sebesar 0,76 persen dan tingkat inflasi y-to-d sebesar 1,93 persen.
Komoditas yang dominan memicu inflasi tahunan pada bulan lalu antara lain daging babi, kopi bubuk, tomat, bawang merah, telur ayam ras, dan bawang putih. Selanjutnya, kondisi yang berbeda ditunjukkan pada komoditas cabai rawit, cabai merah, bahan bakar rumah tangga, beras, sabun detergen bubuk, bensin, kol putih/kubis, mie kering instan, sabun mandi, kentang, pisang, pepaya, kacang panjang, dan udang basah yang memberikan andil atau sumbangan deflasi y-on-y.
Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Kabupaten Tabanan, Made Hari Sujana, Minggu (8/12) mengungkapkan, inflasi di Kabupaten Tabanan pada November lalu lebih rendah dibandingkan Oktober yang sebesar 2,31 persen. Komoditi penyumbang inflasi di Kabupaten Tabanan pada November yakni kenaikan harga daging babi yang terjadi sejak September lalu.
Pada bulan ini, lonjakan harga daging babi ini masih akan berkontribusi besar untuk memicu inflasi seiring meningkatnya permintaan pasar pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru). Selain daging babi, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Tabanan juga mewaspadai sumbang inflasi terhadap komoditi yang lain. Diantaranya, daging ayam, telur ayam ras, kopi bubuk, dan sayur sawi.
“Khusus untuk daging babi, dari Bank Indonesia (BI) Bali sudah meminta kita untuk di Tabanan agar menekan jumlah pengiriman antarpulau dalam upaya pengendalian inflasi,” ujarnya.
TPID melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) juga intens mengawasi stok LPG 3 kg dalam upaya pengendalian inflasi di bulan Desember, mengingat LPG 3 kg menjadi komoditi yang berpotensi penyumbang inflasi seiring dengan meningkatnya permintaan pada momen Nataru. Termasuk merencanakan kegiatan operasi pasar, jika nantinya kebutuhan konsumen akan beras tidak maksimal tercukupi melalui Toko Pangan Kita (TPK) dan Rumah Pangan Kita (RPK) yang selama ini menjadi mitra Bulog dalam ketersediaan pasar beras.