BaliHeadline

Kenaikan Harga Beras kembali Jadi Pemicu Inflasi di Bali

×

Kenaikan Harga Beras kembali Jadi Pemicu Inflasi di Bali

Sebarkan artikel ini

BPS Bali mencatat komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y pada bulan Oktober 2024 salah satunya kenaikan harga beras.

PICU INFLASI - Kenaikan harga beras kembali menjadi pemicu inflasi di Bali pada Oktober 2024 yang secara tahunan mencapai 2,51 persen.

BALI (SinarHarapan.id) – Perkembangan harga berbagai komoditas pada Oktober 2024 di Provinsi Bali yang diwakili Kota Denpasar, Singaraja, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Tabanan secara tahunan menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Bali di 4 kabupaten/kota tersebut, pada Oktober 2024 terjadi inflasi y-on-y sebesar 2,51 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,39 pada Oktober 2023 menjadi 107,01 pada Oktober 2024. Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender (year to date/ytd) Oktober 2024 tercatat inflasi sebesar 1,53 persen, sedangkan inflasi bulanan (m-to-m) tercatat inflasi sebesar 0,07 persen.

BPS Bali mencatat komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y pada bulan Oktober 2024 antara lain beras, kopi bubuk, daging babi, Sigaret Kretek Mesin (SKM), minyak goreng, tarif parkir, nasi dengan lauk, Sigaret Putih Mesin (SPM), canang sari, emas perhiasan, pisang, biaya pendidikan akademi/perguruan tinggi, biaya pendidikan sekolah dasar, biaya Pendidikan sekolah menengah pertama, bawang putih, kue kering berminyak, Sigaret Kretek Tangan (SKT), gula pasir, mobil, dan bawang merah. Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain bensin, cabai merah, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, tomat, wortel, tongkol diawetkan, pepaya, telepon seluler, vitamin, kentang, kacang panjang, kol putih/kubis, garam, mie kering instant, sabun cair/cuci piring, sabun mandi cair, wafer, telur ayam ras, sabun detergen bubuk, dan terong.

Sementara komoditas yang dominan memberikan andil inflasi m-to-m pada bulan Oktober 2024 antara lain kopi bubuk, buncis, tomat, cabai rawit, sawi hijau, bawang merah, minyak goreng, emas perhiasan, susu cair kemasan, ketimun, Sigaret Putih Mesin (SPM), jeruk, bahan bakar rumah tangga, daging ayam ras, pasta gigi, Sigaret Kretek Mesin (SKM), salak, shampo, pepes, dan sabun mandi. Sementara itu, komoditas yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, antara lain bensin, canang sari, pisang, cabai merah, tongkol diawetkan, air kemasan, pepaya, bayam, semangka, wortel, angkutan udara, dan kangkung

Plt. Kepala BPS Bali Kadek Agus Wirawan di Denpasar menjabarkan, inflasi tahunan (y-on-y) terjadi karena naiknya harga komoditas-komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya IHK pada sepuluh kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau naik sebesar 3,98 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,64 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,41 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,77 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,54 persen, kelompok transportasi sebesar 0,94 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,39 persen, kelompok Pendidikan sebesar 2,99 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,56 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,43 persen. Sementara itu, satu kelompok tercatat mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sebesar 0,29 persen.

Pada Oktober 2024, kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau setinggi 1,22 persen, kelompok pakaian dan alas kaki setinggi 0,08 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga setinggi 0,06 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga setinggi 0,03 persen, kelompok kesehatan setinggi 0,04 persen, kelompok transportasi setinggi 0,10 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya setinggi 0,04 persen, kelompok pendidikan setinggi 0,20 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran setinggi 0,44 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya setinggi 0,32 persen. “Sedangkan kelompok yang menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan negatif, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,02 persen,” jelasnya.