BALI (SinarHarapan.id) – Film Melangkah Tanpa Suara yang mengisahkan seorang remaja dengan keterbatasan pendengaran tak menjadi penghalang untuk berkarya dan berkreasi. Karena di balik keterbatasan tersebut ada anugerah talenta yang bisa dikembangkan untuk membuat bermakna dan setara dengan anak lainnya, bahkan bisa meraih prestasi melebihi yang normal.
Film yang merupakan kisah hidup pemeran utamanya, Ni Putu Sri Widya Meganatasya, yang akrab disapa Tasya, hadir di dua platform digital yakni lokal film dan vidio.
Hal tersebut yang terungkap lewat penayangan film pendek bertajuk “Melangkah Tanpa Suara” kepada media di Denpasar Jumat (29/8) malam. Film ini juga memberikan motivasi bagi disabilitas untuk terus berkarya dan meraih prestasi di tengah keterbatasan.
Film produksi On Camera Pictures dan Cycloop Entertainment ini dibintangi remaja Bali Ni Putu Sri Widya Meganatasya, yang akrab disapa Tasya, seorang siswi SLB Negeri 1 Badung.
Executive Produser Made Sukanaya, yang juga ayah Tasya menegaskan, keterbatasan adalah sebuah perbedaan yang dapat menjadikan seseorang unik.
“Pengembangan bakat dan minat dari anak yang memiliki keunikan ini memerlukan dukungan usaha, perjuangan, kerja keras serta doa tulus dari keluarga untuk mengembangkan dan membukakan jalannya,” jelas pria kelahiran Jimbaran ini.
Prinsipnya semua anak, termasuk yang memiliki perbedaan dan kekhususan, berhak untuk berkarya, berprestasi dan berbahagia. Karena pada saatnya mereka akan dapat memberi manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara sesuai bidangnya masing-masing
Film besutan Sutrada Menco Hidayat ini menghadirkan sosok Tasya yang menjadi anak tunggal pasangan Karina (Elsa H Syarief) dan Damar (Yogi Tan). Di mana konflik terjadi ketika pasangan tersebut berbeda pandangan mengenai kekurangan anaknya yang tuna rungu.
Sang Ibu ingin anaknya bisa tumbuh dan berkembang layaknya anak lain. Namun sang ayah bersikukuh seakan ingin menyembunyikan anaknya dari lingkungannya.
Adegan pembullyan anak-anak di sekitar Tasya membuat Damar, sang ayah semakin protektif. Namun Karina yang didampingi pengasuh (diperankan ibu kandung Tasya) tetap mengasah bakat sang anak.
Film diakhiri dengan tayangan yang merekam momen nyata saat Tasya beraksi melenggang di catwalk Asian Fashion Festival (AFF) di Gedung Mantra kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara pada akhir Juli lalu.
Menco Hidayat menegaskan meski karya film pendeknya dibuat dalam waktu singkat, namun dibuat dengan sepenuh hati karena tergugah dengan bakat dan talenta Tasya.
“Harapannya film ini dapat menjadi inspirasi, bahwa anak-anak dengan keterbatasan jangan dipandang rendah dan dibedakan, namun justru harus didukung agar mampu tampil percaya diri dan mengembangkan bakat dan minatnya sehingga mereka mampu mandiri dan terbuka lebar harapan untuk berkarya,” ujarnya.
Dipilihnya judul Melangkah Tanpa Suara karena mencermati kemampuan Tasya yang berjalan di catwalk dengan baik meskipun tanpa dipandu suara musik yang mengiringi.
“Tasya mampu tampil dengan baik, percaya diri dan memukau saat melangkah di atas panggung modelling, bahkan jutsru mampu meraih prestasi,” ujar pria asal Jakarta ini dengan kagum.
Diakuinya tidak ada kesulitan yang berarti dalam membuat film yang diselesaikan dalam waktu 2 hari ini. Diakuinya Tasya sangat cerdas, mempunyai empati tinggi dan terbiasa di depan kamera sehingga proses persiapan dan take shoot berjalan lancar tanpa hambatan berarti.
Bahkan para pemain lainpun dalam waktu singkat mampu belajar bahasa isyarat. Kedua aktor dan aktris yang berperan menjadi ayah dan ibu Tasya pun mengaku menikmati proses pembuatan film.
“Suasana happy dan enjoy serta dukungan translater membuat proses pembuatan film menjadi mudah,” jelas Elsa Syarief yang diamini Yogi Tan.
Keduanya sepakat menyatakan bahwa kepercayaan diri dan kecerdasan Tasya sangat membantu proses pembuatan film yang berlokasi di Cibinong dan Pantai Indah Kapuk II Jakarta ini. Film pendek sarat motivasi ini akan tayang via kanal lokalfilm, video.com dan kanal digital lainnya.
“Tentunya kami berharap film ini bisa tayang di daerah-daerah juga sebagai motivasi dan inspirasi bagi kaum disabilitas lainnya,” pungkas Menco.
Made Sukanaya menambahkan, film yang mengambil inspirasi dari kisah nyata ini didedikasikan untuk anak-anak dengan keterbatasan fisik, termasuk keterbatasan pendengaran.
“Tasya lahir 28 Sept 2013 bertepatan dengan Hari Tuna Rungu Sedunia,” ujar ayah dua putri ini.
Ditambahkannya nama Mega diambil dari nama Meganyon peraih Miss Uiverse 2013 yang dilaksanakan di Nusa Dua saat itu. Pihaknya berharap tanggal lahir dan nama yang diplihnya dapat menjadi doa dan harapan dari keluarga untuk Tasya agar menjadi bintang pada suatu saat nanti.
Sejak lahir Tasya dinilai berbeda dari anak-anak disabilitas lain. “Dia cerdas, punya percaya diri yang tinggi dan bahkan punya empati kepada orang lain,” jelas pria kelahiran Jimbaran ini. Selaku ayah, Made Sukanata bersama sang istri mendukung penuh pengembangan bakat dan minat putri pertamanya tersebut.
Sang bintang film, Tasya mengaku menikmati proses pembuatan filmnya. Dengan Bahasa isyarat dan wajah sumringah penuh senyum Tasya menceritakan kebahagiaannya dalam proses pembuatan hingga film tersebut tayang. Gadis dengan hobi menari dan modelling ini mengajak masyarakat untuk menonton film pendek yang sebagian ceritanya berangkat dari kisah nyata perjalanan hidupnya.
Remaja berperawakan ramping ini ternyata memiliki segudang pengalaman dan prestasi. Diantaranya mengikuti fashion show model tingkat ASIA yang dilaksanakan di Bangkok Thailand sebagai salah satu duta dari Indonesia. Tasya bahkan terlibat pembuatan film Anak Bisu di event G20 atas permintaan Presiden Jokowi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang bertemu Tasya saat peresmian salah satu unit di RSU Prof Dr Ngoerah.
Remaja berwajah eksotik ini juga sudah malang melintang di ajang modelling berbagai kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Malang dan Yogyakarta. Bahkan Tasya mampu mengukir prestasi dengan meraih predikat Miss Preteen Indonesia, dan pemegang Piala Presiden Top Model Indonesia.
Film pendek yang telah mengantongi sertifikasi lolos sensor dari Badan Sensor Film ini sudah tayang media pada 22 Agustus 2025 di Gedung Film Usmar Ismail Cikini Jakarta. Warga Denpasar akan disajikan film ini di Lapangan Taman Kota Lumintang Kota Denpasar pada Minggu (31/8) malam.
Made Sukanaya berharap masyarakat Kota Denpasar dapat menyaksikan film Melangkah Tanpa Suara sebelum dirilis resmi di kanal-kanal film digital. Pihaknya menghadirkan film sebagai sebuah sajian yang tidak hanya menghibur namun juga dapat menjadi inspirasi.